Menurut sebuah laporan Epidemilogi, bagi wanita yang berisiko tinggi terpapar penyakit menular seksual, resiko berkembangnya bakteri pada vagina dan perubahan mikroflora vaginal akan berkurang jika mereka menggunakan kondom saat berhubungan intim.
Bacterial vaginosis disebabkan oleh pertumbuhan bakteri tak seimbang yang umumnya didapati pada vagina seorang wanita, biasa dikenal dengan istilah mikroflora vagina, yang terjadi karena berlebihnya jumlah bakteri yang seharusnya tak ada. Ini merupakan infeksi paling umum pada wanita usia produktif dengan berbagai gejala seperti mengeluarkan aroma yang kurang sedap, rasa perih, gatal dan rasa panas seperti terbakar.
Walaupun bakterial vaginosis ini dapat dialami oleh wanita manapun, namun beberapa aktivitas atau kebiasaan dapat mengganggu keseimbangan bakteri di vagina. Termasuk diantaranya adalah melakukan hubungan intim dengan partner sex baru atau berganti-ganti pasangan dan menggunakan alat intrauterine (IUD) sebagai alat kontrasepsi.
Hingga kini belum bisa dipastikan seberapa efektif kondom dapat mengurangi bakteri yang menyebabkan infeksi menular penyakit seksual, jelas Dr. Roberta B. Ness dan rekannya di University of Pittsburgh, Pennsylvania. Karena itu mereka menyelidiki penggunaan kondom, bakteri vaginosis dan pertumbuhan mikro organisme pada vagina yang berhubungan dengan bakteri vaginosis pada 871 wanita beresiko tinggi terkena penyakit menular seksual
Secara keseluruhan, wanita yang terus-menerus memakai kondom (misalnya dari 10 kali bercinta, setiap kali menggunakan kondom), memiliki 45 persen kemungkinan berkurangnya bakteri vaginosis dibandingkan wanita yang tidak mengenakan kondom, demikian bunyi penelitian tersebut. Bagi wanita pada pertengahan tahap ketidakseimbangan bakteria, penggunaan kondom secara terus-menerus bahkan memiliki dampak perlindungan yang lebih besar (mencapai 63 persen).
Penelitian itu menyimpulkan bahwa bakteri vaginosis itu dapat ditularkan melalui hubungan intim, dan memberikan dasar rasional lebih jauh yang menganjurkan agar wanita menggunakan kondom untuk mengurangi resiko terpapar bakteri vaginosis.
Bacterial vaginosis disebabkan oleh pertumbuhan bakteri tak seimbang yang umumnya didapati pada vagina seorang wanita, biasa dikenal dengan istilah mikroflora vagina, yang terjadi karena berlebihnya jumlah bakteri yang seharusnya tak ada. Ini merupakan infeksi paling umum pada wanita usia produktif dengan berbagai gejala seperti mengeluarkan aroma yang kurang sedap, rasa perih, gatal dan rasa panas seperti terbakar.
Walaupun bakterial vaginosis ini dapat dialami oleh wanita manapun, namun beberapa aktivitas atau kebiasaan dapat mengganggu keseimbangan bakteri di vagina. Termasuk diantaranya adalah melakukan hubungan intim dengan partner sex baru atau berganti-ganti pasangan dan menggunakan alat intrauterine (IUD) sebagai alat kontrasepsi.
Hingga kini belum bisa dipastikan seberapa efektif kondom dapat mengurangi bakteri yang menyebabkan infeksi menular penyakit seksual, jelas Dr. Roberta B. Ness dan rekannya di University of Pittsburgh, Pennsylvania. Karena itu mereka menyelidiki penggunaan kondom, bakteri vaginosis dan pertumbuhan mikro organisme pada vagina yang berhubungan dengan bakteri vaginosis pada 871 wanita beresiko tinggi terkena penyakit menular seksual
Secara keseluruhan, wanita yang terus-menerus memakai kondom (misalnya dari 10 kali bercinta, setiap kali menggunakan kondom), memiliki 45 persen kemungkinan berkurangnya bakteri vaginosis dibandingkan wanita yang tidak mengenakan kondom, demikian bunyi penelitian tersebut. Bagi wanita pada pertengahan tahap ketidakseimbangan bakteria, penggunaan kondom secara terus-menerus bahkan memiliki dampak perlindungan yang lebih besar (mencapai 63 persen).
Penelitian itu menyimpulkan bahwa bakteri vaginosis itu dapat ditularkan melalui hubungan intim, dan memberikan dasar rasional lebih jauh yang menganjurkan agar wanita menggunakan kondom untuk mengurangi resiko terpapar bakteri vaginosis.