Sebenarnya keadaan seperti ini biasanya terjadi pada wanita yang sudah menopause atau menjelang masa menopause. Ketika itu lendir yang membasahi dinding vagina yang biasanya keluar setelah stimulasi foreplay (pemanasan seks), sudah berkurang.
Faktor penentu keaktifan hormon seorang wanita yang membuat produksi lendir sedikit atau banyak, sebenarnya adalah pengaruh jenis makanan sehari-hari dan obat-obatan. Jika hormon wanita masih aktif, maka otomatis produksi lendir vagina akan banyak. Begitu juga pengaruh jenis buah-buahan tertentu yang mengandung serotonin yang dapat membuahkan rangsangan keluarnya lendir lebih banyak. Dan, ada juga obat yang malah membuat lendir vagina menjadi mengering, seperti jamu-jamuan Madura yang kabarnya berfungsi untuk mengeringkan lendir vagina.
Kualitas pemanasan (foreplay), atau kualitas stimulasi yang didapatkan oleh seorang wanita dari pasangannyalah yang sebenarnya menjadi faktor penentu banyak-sedikitnya lendir yang keluar dari vagina. Jika wanita mendapatkan stimulasi seks yang baik sehingga mendapatkan rangsangan yang cukup, maka pemanasan seks dapat dikatakan berhasil, dan lendir yang dihasilkan akan keluar dengan memadai.
Lendir ini berfungsi sebagai pelumas agar wanita tidak merasakan nyeri ataupun kesakitan saat bersenggama, sampai akhir. Dan untuk alasan itu pula pemanasan seks harus memadai – pasangannya dapat memberikan stimulasi dengan baik, dan wanita dapat menerima stimulasi/pemanasan seks itu dengan respon yang erotis, dalam arti bergairah.
Jika rasa sakit ini disebabkan oleh suatu penyakit atau indung telur sudah dibuang, sehingga menopause berlangsung sebelum waktunya, pil maupun kapsul dan jamu-jamuan pengganti dapat membantu hormon wanita tetap berkecukupan. Tanpa hormon pengganti, vagina akan terasa lebih kering dan menimbulkan keluhan nyeri sewaktu melakukan hubungan seksual.
Nah, untuk mengatasi keluhan yang tidak mengenakkan itu, wanita-wanita yang sudah menopause dan mengeluh nyeri sewaktu bersenggama dianjurkan memakai krim hormon atau meminum pil hormon (disebut cairan lubrikan) – yang tentu saja harus dengan resep dokter.