3. Begitu juga Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam misalnya; sebelum diutus sebagai Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam, beliau sangat dikenal dikalangan bangsa `Arab pada masa itu dengan julukan al Amin (yang sangat jujur).Akan tetapi tatkala beliau mulai menyeru kaumnya untuk mentauhidkan Allah Subhaana wa Ta`aala, mengikhlashkan seluruh bentuk per`ibadatan kepada-Nya, serta menda`wahi mereka agar meninggalkan apapun yang di`ibadahi selain Allah Subhaana wa Ta`aala, sebagaimana dilakukan oleh nenek moyang mereka, seketika itu juga lupalah mereka dengan sifat jujur dan amanah Nabi kita Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam, bahkan mereka tuduhkan kepada beliau julukan-julukan seperti ahli sihir, pendusta, dan sebagainya.
Al-Quran mengkhabarkan kepada kita penolakan dan penentangan mereka kepada Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam dan terhadap da`wah Tauhid yang dia bawa, Allah Subhaana wa Ta`aala berfirman :
وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ ۖ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَـٰذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌأَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَـٰهًا وَاحِدًا ۖ إِنَّ هَـٰذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
Artinya : “Dan mereka merasa heran ketika mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (Rasul) dari kalangan mereka sendiri; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.” Apakah dia akan menjadikan ma’bud- ma’bud (yang di`ibadati selain Allah) itu hanya menjadi satu Ilaah (ma`bud/yang di`ibadati) saja?”. Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad : 4-5).
Asy Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy mengatakan : Ma`nanya : Mereka yang mendustakan para Rasul tersebut merasa heran pada urusan yang sebenarnya pantas baginya untuk heran, ketika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka, supaya mudah bagi mereka untuk menerima darinya, dikarena mereka betul-betul mengenalnya. Sebab dia dari kaum mereka, supaya jangan sampai menghalangi mereka sifat fanatisme kebangsaan untuk mengikutinya, ini merupakan diantara yang wajib mereka syukuri atasnya, dan sempurnanya ketundukan padanya.
Akan tetapi mereka memutarbalikan fakta, mereka merasa heran dalam bentuk heran pengingkaran, “berkata orang-orang kafir,” dari bentuk kekufuran dan kezholiman mereka : “ini adalah tukang sihir yang pendusta.”
Kesalahan Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam disisi mereka adalah dikarenakan : “apakah dia akan menjadikan ilah-ilah (ma`bud-ma`bud) yang banyak ini hanya menjadi satu ilah saja?”, maksudnya : kenapa dia melarang daripada mengambil sekutu-sekutu dan tandingan- tandingan dalam ber`ibadat, dan hanya memerintahkan untuk mengikhlashkan seluruh bentuk per`ibadatan kepada Allah `Azza wa Jalla saja. “Sesungguhnya ini,” yang dia bawa, “benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” Maksudnya : akan menghasilkan daripanya satu keheranan, dikarenakan bathil dan rusaknya ajaran tersebut disisi mereka. [1]
Demikian juga pada surah yang lain Allah Subhaana wa Ta`aala berfirman :
كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌأَتَوَاصَوْا بِهِ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
Artinya : “Demikianlah tidak seorang Rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.” Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Az Dzaariyat : 52-53).
Berkata asy Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy rahimahullahu Ta`aala : Allah Tabaaraka wa Ta`aala berkata sambil membesarkan hati Rasul-Nya Shollallahu `alaihi wa Sallam dari bentuk pendustaan kaum musyrikin terhadap Allah, dan pendustaan mereka terhadap Rasul-Nya `Alaihis Sholaatu was Salaam, dimana mereka mengatakan tentang Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam bentuk perkataan-perkataan yang keji sekali, yang sebenarnya dia dibersihkan dari demikian, bahwasanya ucap-ucapan seperti ini sudah merupakan cara dan kebiasaan dari orang-orang yang berdosa mendustakan para Rasul `Alaihis Sholaatu was Salaam, tidaklah Allah Subhaana wa Ta`aala mengutus seorang Rasul kecuali kaumnya akan menuduhnya sebagai tukang sihir dan gila.
Allah Ta`aala berkata : “Ucapan-ucapan yang muncul dari mereka-yang terdahulu dan yang kemudian-apakah mereka saling berpesan satu sama lain tentang apa yang dikatakan itu?, dan mengajarkan sebahagian mereka atas sebahagian lainnya.
Maka jangan kamu merasa heran disebabkan kecocokan mereka padanya : “Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” Serupanya hati-hati dan `amalan-`amalan mereka dalam kekufuran dan melampaui batas, serta miripnya ucap-ucapan mereka yang tumbuh dan muncul karena mereka melampaui batas. [2]
Demikianlah sikap setiap para Rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam dalam da`wahnya kepada Tauhid. Ayat-ayat di atas juga menjelaskan kepada kita tentang sikap para pendusta dan penentang da`wah mereka. Dimana penentangan demikian akan selalu berlanjut dari kalangan orang orang yang memang membenci dan tidak menyukai al Haq (kebenaran). Jadi pertempuran antara Tauhid dan kesyirikan akan terus terjadi dari mulai zaman para Rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam sampai sa`at ini dan hari kiamat. Wallahu a’lam bis Shawaab.