Aku adalah seorang bayi bengal dan tidak lucu, wajahku sedikit lugu tetapi tidak menyedihkan. Badanku sehat dengan tubuh yang kuat menurut pendapatku saja. Kesukaanku adalah mengenai psikilogi puting susu, puting susu dengan sekala kecil sampai dengan skala besar, Hampir semuanya telah aku gerayangi. Karena lewat puting susu, aku dapat menikmati betapa segar dan nikmatnya susu yang aku dapatkan . karena susu segar adalah kegemaranku bukan kegemaran ayahku. Akan tetapi aku labih menyukai buah dada yang besar dan montok seperti buah dadanya mbok nyai yang kesurupan, karena didalamnya terkandung segalon susu segar yang cukup untuk konsumsi satu hari sampai klenger. Memang dasar sok nafsu.
Aku adalah seorang bayi yang tidak pernah puas dan pantang menyerah pada petualangan mencari spiritual puting susu segar. Dari susu kucing betina, babi betina, kerbau betina, sampai pada susu kuntil anak dan susu mbah grandongpun yang tanpa diberi label halal dan haram pernah aku jelajahi. Akan tetapi rasanya tetap berbeda jauh dengan susu ibuku yang baunya amis dan sedikit asin. Apalagi puting susu pada pelacur-pelacur gembrot dan nakal yang sudah terkontaminasi oleh virus dengan label halal dan haram yang sedikit dibumbuhi oleh bahan pengawet dan larutan kimia yang mematikan pola pemikiranku sebagai bayi. Sehingga membuat tubuhku menggeliat seperti sandal jepit yang dibikin rebutan oleh anjing liar yang berada di hutan belantara penafsiran tentang kebenaran puting susu dan kemurnian rasa susunya yang ada sekarang ini.
Psikologi puting susuku mengatakan bahwa ternyata aku sudah banyak dikelabuhi oleh gerombolan-gerombolan puting susu yang berpayudara double jumbo, montok, berjenggot dan menyesatkan itu. Sudah beratus-ratus tahun bahkan berabad-abad lamanya bayi-bayi sepertiku menjadi perbudakan kebodohan dan penyelewengan tentang pemahaman akidah puting susu dari Tuhanku. Andaikata aku seorang bayi yang memiliki beberapa taring gigi yang kuat dan tajam, aku pasti akan mencabik-cabik puting susu yang berjenggot dan berpayudara besar yang tidak bertanggung jawab pada pertumbuhan kecerdasanku sebagai bayi masa depan. Karena hal ini tidak sesuai dengan hakikatnya psikologi puting susu dari ibuku sendiri.
Sebenarnya aku sendiri sudah muak untuk bergantung dan bersandar pada keindahan puting susu dari nenek moyangku dan mbah guruku yang sudah basi dan hambar. Akan tetapi aku dan bayi-bayi yang bernasib sama sepertiku selalu diteteki dan didoktrinisasi tentang psikologi puting susu yang sudah kadaluarsa tehnolologi jilatannya. Sungguh malang nasib bayi-bayi yang sudah dewasa dan terlanjur kekenyangan meminum doktrin-doktrin puting susu sebagai surga kenikmatan dari nenek moyang dan mbah nyai yang terpaksa impor dari negeri seberang sebab puting susu di negeri ini sudah dari zaman dulu dikebiri dan tidak mampu mengeluarkan dan menghasilkan perasan susu segar sendiri.